Sepotong Motivasi dari Pencuri Kayu Hutan


Hari ini, 10 Maret 2013, telah tertanam dua pandangan baru. Yang membuatku merubah langkahku kedepan. Bukan apa. Tapi, untuk kemajuanku nanti. Dan itu tak biasa diucapkan oleh dosenku yang satu ini. P. Hupitoyo, dosen gaul di kampusku dan kadang nyebelin itu, pagi tadi selama 2 jam di mata kuliah statistika entah dapat dari ilham mana memberi kami, 59 mahasiswanya, dua buah motivasi sebagai bekal kami mendapatkan tiket untuk keluar dari pendidikan ini yaitu KTI.Sederhana saja, motivasi yang pertama beliau ambil  dari pekerjaan seorang blandong , pencuri kayu di hutan, dalam menafkahi keluarganya dan yang kedua adalah proses pedakian  gunung.
Oke, mari kita ulas satu persatu bagaimana bisa dari dua hal ini bisa ditarik sebuah pelajaran yang berharga. Oke, lets, check this out. Yang pertama adalah prinsip blandong. Bagaimana mungkin kita mengambil pelajaran dari pencuri? Bagaimana bisa?. Mungkin akan muncul pertanyaan seperti itu di benak kita dan mungkin akan sedikit aneh kenapa haru seorang pencuri kayu di hutan. Hal itulah yang saya rasakan saat beliau pertama kali memulai motivasinya. Mari kita lanjutkan, jangan dilihat pencurinya, tapi lihat bagaimana mereka bekerja dalam menjalankan aksinya. Kemudian  beliau berkata melanjutkan, ada tiga prinsip yang harus dimiliki seorang blandong agar berhasil dengan sukses dalam pekerjaannya, yaitu:
1.      Para Blandong tak pernah menurunkan beban kayu yang diangkat.
Dalam sejarah perblandongan tak pernah ditemukan seorang blandong menurunkan beban yang dibawa setelah diangkat. Karna menurut mereka, ketika sebuah kayu diangkat, yang mungkin beratnya tak mungkin bisa diangkat 10 orang, setelah diangkat dan kemudian diletakkan. Tak akan bisa diangkat lagi, jangankan diangkat digeser pun kayu itu tak kan bergerak. Dari situ dapat kita ambil pelajaran bahwa ketika kita mulai melakukan sesuatu kegiatan misalnya saja memulai pembuatan KTI, jangan sesekali kita menyerah dan meletakkan tugas kita. Alhasil, jangankan memulai kembali melihatnya pun kita takkan mau. Karna kita sudah malas. Maka, ketika kita memulai itu kita harus yakin bisa menyelesakannya sampai akhir.
2.      Para blandong tak pernah mengeluh.
Dalam menjalankan pekerjaannya, blandong berpenampilan sangat sederhana bahkan terkesan sangat miris. Mereka hanya memakai celana pendek tak sampai lutut dan kaos oblong tipis. Selebihnya mereka hanya membawa sepotong kain sarung. Untuk apakah sarung tersebut, bukan untuk apa-apa , sarung itu untuk melindungi tubuh blandong dari dinginnya angi malam. Mereka pun tak mengenakan alas kaki alasannya licin tanpa alas kaki mereka bisa melewati daerah apapun. Dengan itu semua, apakah para blandog tersebut akan pulang dengan aman tanpa goresan apapun? Tidak mungkin. Mereka akan pulang dengan banyak sayatan luka akibat semak belukar di tangan dan paha kaki. Apakah mereka mengeluh? Tidak, mereka tak pernah mengeluh. Mereka percaya jika mereka mengeluh, pekerjaan tersebut takkan segera selesai justru akan menambah kelelahan yang dirasa.
Dari situlah, dapat kita ambil kesimpulan jangan pernah mengeluh, karna dengan mengeluh akan menambah kemalasan kita. Dan kita juga akan menambah panjang daftar penyakit menyebalkan di tubuh kita.
3.      Para blandong tak pernah berjalan dan tak pernah berlari.
Para blandong tak pernah berjalan atau berlari. Kenapa? Dua hal tersebut akan membuang banyak energi. Justru mereka akan setengah berlari kecil untuk mempercepat langkah. Hal itu yang akan mengilhami kita, dalam mengerjakan tugas jangan tergesa untuk segera menyelesaikan karena kita akan kelelahan sebelum mencapai pucak tugas. Sebaliknya jangan pernah berjalan santai atau nantinya menggampangkan tugas hal itu akan menyebabkan kita kehabisan banyak waktu. Dan tidak akan segera menyesaikan tugas.

Yang kedua adalah motivasi yang diambil dari kegiatan pendakian gunung. Saat melakukan pendakian gunung hendaknya kita tidak melihat ke atas maupun ke bawah. Kenapa? Karena apabila kita mendaki dan kita melihat ke atas akan melelahkan dan akan membuat kita menyerah. Begitu juga dengan melihat ke bawah kita akan cepat jatuh dari ketinggian itu. Maka dari itu saat mendaki, sebaiknya kita menikmati apa yang ada tak perlu melihat kedepan terlau sering. Dengan menikmati kita tidak merasakan kelelahan yang begitu berarti dan tidak sadar akan segera tiba di tempat tujuan.
Apa yang bisa kita ambil dari sini, dalam mengerjakan tugas kita tak perlu minder dan terlalu obsesi.
Beginilah postingan saya kali ini, semoga bermanfaat. :) 

Saya lakukan karena saya bisa. saya bisa karena saya mau. saya mau karena kamu mengatakan saya tidak mampu. ganbatte

Komentar

Postingan Populer